Header Ads

Pulang Mandiri Pengungsi Suriah, Jalan Menuju Damai


Usai membaiknya keadaan, secercah harapan muncul dari gelombang kepulangan pengungsi Suriah ke tanah air mereka. Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi, menyebut kembalinya warga Suriah ke kampung halaman sebagai tanda harapan di tengah gejolak. Namun, kepulangan ini tidak semudah sekadar menapakkan kaki di tanah kelahiran, perlu perencanaan matang agar mereka mampu bangkit secara mandiri tanpa kembali terperangkap dalam pusaran kesulitan.

Bagi keluarga pengungsi yang berencana kembali ke Suriah, hal pertama yang wajib dipastikan adalah ketersediaan tempat tinggal. Jika rumah yang ditinggalkan hancur akibat perang, sebaiknya rumah diperbaiki terlebih dahulu melalui kontraktor lokal di kampung halaman. Memastikan ada atap untuk berlindung adalah langkah paling mendasar sebelum memulai hidup baru di tanah kelahiran.

Selain tempat tinggal, prospek pekerjaan juga menjadi prioritas penting sebelum memutuskan pulang. Bagi yang sebelumnya memiliki kebun atau toko, perlu dipastikan bahwa aset tersebut masih dapat dimanfaatkan. Jika tidak, keluarga pengungsi bisa mulai mencari peluang usaha di kampung halaman atau membuka cabang dari usaha yang sebelumnya mereka jalankan di pengungsian, seperti di Turkiye atau Yordania.

Langkah ini bertujuan agar sesampainya di Suriah, pengungsi tak lagi bergantung penuh pada bantuan kemanusiaan. Mandiri secara ekonomi akan membuat mereka lebih kuat menghadapi tantangan pasca-konflik. Beberapa keluarga bahkan memilih memulai lebih dulu dari jauh dengan memperbaiki rumah dan membangun usaha secara perlahan sebelum akhirnya seluruh anggota keluarga pulang.

Kepastian soal pendidikan anak-anak juga menjadi aspek penting yang tak boleh diabaikan. Orang tua harus memastikan bahwa anak-anak mereka bisa melanjutkan sekolah atau perkuliahan, baik di tempat pengungsian sementara maupun di kampung halaman nanti. Jika perlu, proses kepindahan pendidikan harus diurus jauh-jauh hari agar transisi berjalan mulus tanpa anak-anak terputus dari pendidikan.

Untuk memudahkan adaptasi, sangat disarankan agar keluarga pengungsi kembali secara kolektif bersama beberapa keluarga lain. Dengan begitu, di bulan-bulan awal kepulangan, mereka bisa saling membantu baik dalam hal tenaga kerja, logistik, maupun keamanan. Tradisi gotong royong yang kuat di kampung halaman akan sangat bermanfaat dalam masa pemulihan ini.

Menurut catatan PBB, sekitar 600.000 warga Suriah telah kembali ke negara itu meskipun situasi sosial, ekonomi, dan keamanan masih rentan. Angka ini mencerminkan besarnya tekad masyarakat Suriah untuk membangun kembali kehidupannya di tengah keterbatasan. Namun, tanpa perencanaan matang, kepulangan bisa berujung pada kesulitan baru.

Filippo Grandi dalam pernyataannya menyebut bahwa kembalinya para pengungsi mencerminkan kebutuhan mendesak untuk solusi politik, bukan gelombang baru pengungsian. Oleh karena itu, di samping kesiapan pribadi para pengungsi, situasi politik dalam negeri juga harus didorong ke arah yang lebih stabil dan terbuka bagi rekonsiliasi.

Momentum ini juga dipandang sebagai kesempatan untuk membangun kembali komunitas secara bertahap. Kepulangan para pengungsi bukan hanya soal individu, tapi juga soal menghidupkan kembali desa-desa yang selama ini kosong ditinggalkan warganya. Rumah yang diperbaiki, lahan yang kembali digarap, dan pasar yang kembali hidup menjadi penanda bahwa perdamaian bisa tumbuh dari bawah.

Dalam konteks ini, sebagian keluarga pengungsi di luar negeri bahkan telah memulai langkah dengan mengirimkan peralatan, modal, atau bahan bangunan lebih dulu ke kampung halaman. Hal ini bertujuan agar saat mereka benar-benar pulang, segala sesuatunya sudah tersedia, setidaknya untuk kebutuhan pokok.

Bagi mereka yang memiliki usaha di pengungsian seperti di Turkiye, membuka cabang atau memperluas usaha ke kampung halaman adalah cara cerdas untuk menjaga kesinambungan ekonomi. Selain itu, usaha tersebut bisa menjadi sumber lapangan kerja baru bagi warga sekitar yang sama-sama berjuang pasca-perang.

Sementara itu, pendidikan anak-anak tetap harus menjadi prioritas. Selain memastikan keberlanjutan sekolah, keluarga juga dapat mempertimbangkan peluang kursus keterampilan atau pelatihan kerja bagi anggota keluarga muda agar mereka lebih siap menghadapi dunia kerja di kampung halaman.

Kepulangan secara kolektif juga membantu dalam hal keamanan. Di daerah-daerah yang masih rawan, keberadaan beberapa keluarga sekaligus bisa memberikan rasa aman, sekaligus memperkuat jaringan sosial yang sangat dibutuhkan dalam situasi pasca-konflik. Semangat gotong royong ini terbukti efektif di banyak kampung yang mulai dihuni kembali.

PBB dan lembaga kemanusiaan lainnya mendorong agar kepulangan dilakukan secara sukarela dan aman. Langkah ini penting agar proses reintegrasi berjalan damai tanpa konflik baru di tingkat lokal. Kampung-kampung yang dihuni kembali secara kolektif bisa lebih cepat pulih baik secara sosial maupun ekonomi.

Bagi keluarga yang mampu, memperbaiki rumah atau membangun usaha sejak sebelum pulang bisa dilakukan dengan memanfaatkan kontraktor atau kerabat di kampung halaman. Cara ini terbukti efisien karena saat kembali, keluarga tak lagi perlu menunggu lama untuk bisa tinggal nyaman.

Dalam situasi sosial yang masih rapuh, mempererat hubungan antarwarga menjadi hal penting. Kepulangan kolektif memberi ruang untuk membangun solidaritas antar keluarga pengungsi yang sebelumnya saling mengenal di pengungsian. Hubungan ini akan sangat membantu ketika menghadapi berbagai persoalan praktis di kampung halaman.

Organisasi kemanusiaan mendorong adanya skema pendampingan ekonomi dan pendidikan bagi para pengungsi yang kembali. Tujuannya agar mereka bisa mandiri dalam waktu relatif cepat dan tidak kembali terjebak dalam ketergantungan bantuan.

Kepulangan pengungsi juga membawa nilai moral yang penting. Di tengah ketegangan dan konflik kawasan yang tak kunjung usai, keberanian warga Suriah untuk kembali membangun desanya sendiri menjadi simbol ketahanan dan harapan bagi perdamaian. PBB menyebut langkah ini sebagai sinyal penting bagi upaya rekonsiliasi nasional.

Meski penuh tantangan, kepulangan secara mandiri yang terencana adalah jalan terbaik agar keluarga pengungsi bisa hidup lebih layak di negeri sendiri. Tanpa menunggu keadaan sempurna, langkah kecil yang disiapkan dengan baik bisa membuka jalan menuju kehidupan yang lebih stabil dan bermartabat di tanah air.

Tidak ada komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.